KUNINGAN
1. Peuyeum Ketan
Ciri khas tape Kuningan ialah dibungkus daun jambu air, biasanya
banyak dijual dalam wadah ember hitam bertuliskan Tape Ketan Asli
Cibeureum, ada juga yang dijual dalam bentuk kemasan kecil kotak plastik.
Rasanya manis.
http://www.indotravelers.com/jawa-barat/kuningan/kuniler-makanan-khas-kuningan.html
2. Putri Noong
Putri noong adalah makanan khas kuningan yang terbuat sari parutan singkong dan pisang nangka lalu di baluri parutan kelapa.
Posted in: Makanan | 0 Comments | Email This
CIREBON
1. Empal Gentong
Empal gentong merupakan makanan yang berasal dari daerah cirebon, Jawa
barat, mengapa disebut dengan empal gentong mungkin karena dimasaknya
menggunakan gentong yang terbuat dari tanah liat dan dimasak menggunakan
kayu bakar, bahan yang digunakan berupa jeroan seperti usus, hati,
babat dan juga daging sapi sehingga makanan ini hampir-hampir mirip
dengan gule, jika anda ingin membuatnya seniri dirumah dan tidak punya
gentong, menggunakan wajan biasa jg bisa.
Masakanlezat.com
2. Nasi Jamblang
Sega jamblang ini adalah nasi dingin yang
dibungkus daun jati, kemudian dimakan bersama dengan lauk-pauk khasnya
seperti rendang kecap, tahu air, sate kentang, sambel goreng, paru
goreng, perkedel kentang, ikan asin, telur jamblang, cumi hitam, tempe,
tahu, sate usus dan lain-lain.
Mi ini terbilang legendaris karena telah ada sejak 1945, setara dengan usia kemerdekaan bangsa Indonesia. Saat ini, Mas Edy, yang merupakan generasi ketiga pemilik rumah makan ini, mengelola warung dibantu dengan anak-anaknya.
"Kami memang mempertahankan resep khusus dari neneknya bapak, untuk menjaga kualitas mi koclok," kata Edi Supriadi, saat ditemui Okezone pada Festival Jajanan Bango di Bandung, Jawa Barat, baru-baru ini.
Dari segi nama, mie koclok merupakan singkatan dari "Mie Khasnya Orang Cirebon yang Lebih Okey Memang Asik dan Istimewa". Selain itu, nama koclok sendiri merupakan suara "koclok" saat menuangkan mi yang baru diangkat dari kuah rebusan.
"Minya dikoclok atau dituang ke dalam mangkok," lanjutnya.
Satu porsi mi koclok terdiri dari mi basah, irisan daun bawang, irisan kol, tauge, irisan telur rebus, taburan bawang goreng, suwiran ayam goreng, dan diseduh kuah yang kental dan gurih. Kuahnya dibuat dari kaldu ayam dan adonan tepung maizena, garam, merica, dan santan kental.
Makin melengkapi kelezatan, mi koclok dilengkapi sambal, kecap, dan emping goreng yang kriuk. Untuk menikmati salah satu warisan kuliner Nusantara yang legendaris ini, Anda cukup merogoh kocek Rp10 ribu per porsi. Dengan harga yang terjangkau ini, sehari mi koclok bisa terjual 100 porsi.
Di Cirebon, Anda bisa menemukan mi koclok di Jalan Lawang Gada. Rumah makan ini buka dari pukul 05.00 -24.00 WIB.
Posted in: Makanan | 0 Comments | Email This
INDRAMAYU
1. Pedesan Entog
Resep Pedesan Entok Asli Indramayu
Kalau jalan-jalan ke Indramayu jangan lupa nyobain makanan khas
indramayu ini namanya cukup unik Pedesan Entok. Sesuai namanya rasanya
harus pedes khas cabai rawit yang bikin keringat anda mengucur dengan
deras. Dijamin nasi satu bakul pun ludes karena pedasnya. Pedesan entog
kini mulai menjamur di berbagai tempat di jawa, berikut resep cara
memasak pedesan entok
Bahan-bahan
� 1 kg daging entok, potong-potong (bisa juga pakai daging bebek)
� 4 lembar daun jeruk
� 3 batang sereh
� 1 buah tomat, potong kecil-kecil
� 1 liter air untuk merebus
� 1 ruas jahe
� 3 sdm minyak untuk menumis
� 5 sdm kecap manis
Bumbu Halus
� 5 siung bawang putih
� 10 buah bawang merah
� 10 buah cabai merah
� 6 buah cabai rawit merah (sesuai selera)
� 1 ruas kunyit
� 5 butir kemiri
� 5 cm lengkuas
� 1 sdt garam
Cara Membuat Pedesan Entok
1. Didihkan air, masukkan entok yang sudah dipotong tadi sampai setengah matang
2. Tumis bumbu halus, daun jeruk, sereh, dan tomat hingga matang
4. Masukkan ke dalam rebusan entog
5. Tambahkan kecap, aduk rata
6. Masak hingga entog empuk dan air berkurang, boleh ditambah air jika entog belum empuk
7. Tambahkan garam, aduk rata, masak hingga mendidih dan kuah cukup kental
8. Angkat dan sajikan hangat dengan nasi hangat.
http://ezzarafarm.com/wp/?page_id=28
2. Rumbah
http://syahrilsidik99.blogspot.com/2013/11/makanan-khas-indramayu.html
3. Mangga Cengkir
http://katilambung.blogspot.com/2012/09/cengkir.html
bahan-bahan:
2. 1 kilogram Cabe yang sudah ditumbuk halus.
3. Kunyit secukupnya
4. jeruk nipis secukupnya
5. 5 daun sere/kamijara
6. garam dan bumbu penyedap secukupnya
7. minyak goreng dan bawang goreng
* semua bumbu dijadikan satu dan ditumbuk hingga halus.
* sambil menunggu daging agak lunak dan empuk, masukan minyak goreng ke dalam wajan lalu goreng semua bumbu yang sudah dihaluskan tadi sampai mengeluarkan bau harum.
* setelah bumbu mengeluarkan bau harum, masukan daging entog yang sudah direbus, dan campur ke dalam bumbu lalu masak kurang lebih 40 menit dan biarkan bumbu meresap kedalam daging entog.
* masakan ini cocok dihidangkan saat masih panas. Ataupun cocok di sajikan dan di santap saat hujan gerimis. Buat yang suka rasa pedas dari rasa yang mendominasi masakan Pedesan Entog (itik) kuliner Khas Pesisir Pantura Indramayu ini adalah sebuah tantangan baru bagi pemburu kuliner Nusantara dalam menikmati sajian cita rasa super Hot tapi banyak yang suka.
Posted in: Makanan | 0 Comments | Email This
KERATON KASEPUHAN CIREBON
KERATON Kasepuhan, obyek wisata utama di kota
Cirebon, Jawa Barat, mungkin sudah dikenal dan sudah dikunjungi. Namun,
apakah Anda sudah benar-benar mengenalnya?
Sementara bentuk bangunan dan berbagai koleksi benda kuno di keraton
ini sudah banyak diketahui, perpaduan berbagai unsur agama dan budaya
dalam rancang bangun serta benda kuno di Keraton Kasepuhan mungkin
terlewatkan.
Keraton Kasepuhan dan pernak-pernik yang tersimpan di dalamnya adalah
perpaduan dari tiga agama, yaitu Hindu, Islam, dan Buddha, serta tiga
budaya, yaitu Jawa, Tiongkok, dan Eropa. Perpaduan ini menjadikan
Keraton Kasepuhan lebih istimewa dari keraton lainnya.
Secara keseluruhan, kompleks keraton terdiri dari keraton itu
sendiri, alun-alun, serta masjid. Rancangan ini serupa dengan Keraton
Yogyakarta dan Solo, merupakan representasi dari arsitektur Islam
nusantara.
Dari sisi budaya, keberadaan Siti Hinggil dan pendopo-pendopo kecil adalah representasi dari bangunan Jawa. Sementara, terdapat juga keramik-keramik dinding yang punya 2 corak, Eropa dan Tiongkok.
Di Taman Bundaran Dewandaru yang terletak di kompleks tengah keraton, unsur Hindu bisa dijumpai dalam wujud Lembu Nandu. Sementara, unsur Eropa berwujud meriam hadiah dari Thomas Stanford Raffles.
Benda kuno keraton yang menunjukkan dengan jelas perpaduan unsur berbagai agama dan budaya adalah kereta kencana Singa Barong, kereta kencana tua canggih pertama buatan Indonesia.
Kereta kencana itu, kata Sandy, istimewa karena sudah mengenal sistem suspensi seperti mobil canggih masa kini. Perbedaannya, teknik suspensi ini tidak menggunakan sistem pegas, tetapi kulit. Ada empat sabuk kulit yang membuat kereta ini lebih nyaman dipakai.
Keistimewaan kereta kencana Singa Barong lainnya adalah sayap burak yang bisa bergerak saat kereta berjalan. Ini membuat sayap bisa berfungsi seperti kipas angin bagi sang raja yang ditandu.
Keraton Kasepuhan mulai dibangun pada tahun 1430 oleh Pangeran Walang Sungsang atau Cakrabuana, putera mahkota Kerajaan Pajajaran. Saat keraton mulai dibangun, wilayah Cirebon masih disebut Caruban. Bangunan tertua keraton adalah Keraton Pakungwati. Di kompleks keraton ini, terdapat Sumur Kejayaan. Air sumur itu sering dipakai untuk beragam ritual. Kini, kondisi bangunan tertua ini sudah banyak mengalami kerusakan.
Pada masa Sunan Gunung Jati, bangunan keraton diperluas. Ada pembangunan Siti Inggil atau tanah yang tinggi serta lima bangunan tanpa dinding. Selain itu, ada tambahan pembangunan bagian inti keraton yang kini dipakai sebagai tempat tinggal raja. Meski kini tak semegah Keraton Yogyakarta dan Solo, Keraton Kasepuhan tetap menarik untuk dikunjungi. Beragam benda kuno tersimpan, mulai dari Lukisan Prabu Siliwangi hingga Ukiran Kama Sutra serta berbagai macam gamelan kuno.
Posted in: Wisata | 0 Comments | Email This
SEJARAH MAJALENGKA
Kabupaten Majalengka, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Ibukotanya adalah Majalengka. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Indramayu di utara, Kabupaten Cirebon dan Kabupaten Kuningan di timur, Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Tasikmalaya di selatan, serta Kabupaten Sumedang di barat.
Kabupaten Majalengka terdiri atas 26 kecamatan, yang dibagi lagi atas
sejumlah desa dan kelurahan. Pusat pemerintahan di Kecamatan Majalengka.
Kantor Bupati terletak di Pendopo, selatan dari Alun-alun Majalengka
berdekatan dengan Masjid Agung Al Imam.
Sejarah
Pada zaman kerajaan Hindu sampai dengan abad XV di wilayah Kabupaten
Majalengka terbagi menjadi 3 kerajaan : (1) Kerajaan Talaga dipegang
oleh Sunan Corenda atau lebih dikenal dengan sebutan Sunan Parung (2)
Kerajaan Rajagaluh dipegang oleh Prabu Cakraningrat (3) Kerajaan
Sindangkasih, rajanya adalah seorang puteri bernama Nyi Rambutkasih.
Terdapat banyak cerita rakyat tentang ke-3 kerajaan tersebut yang sampai
dengan saat ini masih hidup di kalangan masyarakat Majalengka. Selain
cerita rakyat yang masih diyakini juga terdapat situs, makam-makam dan
benda-benda purbakala, yang kesemuanya itu selain menjadi kekayaan
daerah juga dapat digunakan sebagai sumber sejarah.
Kerajaan Sindangkasih rajanya seorang putri yang memiliki paras
nan cantik dan molek bemama Nyi Rambutkasih adalah seorang yang beragama
Hindu fanatic .Kerajaan ini terletak secara geografis berada di
Majalengka . Nama Sindangkasih diambil dari Mandala Sindangkasih yang
semula tempat merupakan tempat kedudukan Ki Gedeng Sindangkasih yang
dijabat oleh puteranya yang bernama Ki Ageng Surawijaya . Semula nama
tempat ini terdapat di wilayah Cirebon yang kemudian dibawa oleh
penguasa ;yang dise.but Ki Gedeng Sindangkasih yang lama berkedudukan di
Sumedang Larang yaitu Majalengka sekarang (menurut De Pacto Gelu dan
Talaga) .Nyi Gedeng Sindangkasih atau disebut juga Nyi Ambetkasih dan
lebih dikenal lagi adalah Nyi Rambutkasih adalah seorang ratu yang
cantik molek, memiliki kemampuan dan keterampilan yang tinggi, dikagumi
serta sangat dihormati oleh rakyatnya adalah istri Prabu Siliwangi. la
adalah orang yang dipercaya oleh Prabu Siliwangi untuk memimpin
rombongan yang bermaksud pindah ke Pakuwan Pajajaran (Bogor sekarang), kemudian ia menjadi penguasa di Sindangkasih sebagai ibukota Sumedang
Larang.
Penguasa di Sindangkasih sebagaimana disebutkan di atas adalah Nyi
Rambutkasih. Sejak sekian lama Nyi Rambutkasih mencium akan datangnya
Pangeran Muhamad disertai ayahnya Pangeran Panjunan di Sindangkasih
dalam rangka mengadakan kegiatan penyebarluasan ajaran agama Islam dan
kegiatan ini disambut baik oleh, masyarakat setempat.
Di Padepokan Sindangkasih, Rambutkasih tengah mengadakan pertemuan
dengan semua perwira tinggi kerajaan sehubungan dengan adanya kegiatan
yang dilakukan oleh Pangeran Muhamad. Ketika rapat khusus itu sedang
berlangsung datanglah Pangeran Muhamad bersama rombongan dengan maksud
ingin ketemu dengan Nyi Rambutkasih selaku ratu di Kerajaan
Sindangkasih. Dengan ucapan Alhamdulillahirrobiralamin, yang maksudnya
Pangeran Muhamad merasa bersyukur serta bahagia dapat bertemu dengan
seorang putri cantrk dan sebagai penguasa di Sumedang Larang, tetapi
dengan tidak diduga dalam sekejap Nyi Rambutkasih menghilang.
Bersamaan dengan itu terlontarlah ucapan Pangeran Muhamad : “Madya
Langka” yang artinya putri cantik telah hilang (tidak ada), sehingga
dari kata-kata itu kemudian orang menyebutnya Majalengka. Sejak itulah
kemudian Pangeran Muhamad yang didampingi ayahnya Pangeran Panjunan
memerintah di Sumedang Larang/Sindangkasih, selanjutnya pada tanggal 10
Muharam 910 H yang bertepatan dengan tanggal 7 Juni 1490 M, sesuai
dengan perintah Sunan Gunung Jati yang berkedudukan di Cirebon
menetapkan Pangeran Muhamad.
Pada masa tuanya Pangeran Muhamad menetap di lereng gunung yang
berada di sebelah selatan Majalengka sampai akhir hayatnya gunung
tersebut kini dikenal dengan sebutan Gunung Margatapa. Adapun Siti
Armilah istri Pangeran Muhamad dimakamkan di belakang pendopo (kantor
Pemda) Kabupaten Majalengka, yang dikenal dengan sebutan Nyi Gedeng
Badori.
Posted in: Sejarah | 0 Comments | Email This
SEJARAH CIREBON
Asal kota Cirebon ialah pada abad ke 14 di pantai
utara Jawa Barat ada desa nelayan kecil yang bernama Muara Jati yang
terletak di lereng bukit Amparan Jati. Muara Jati adalah pelabuhan
nelayan kecil. Penguasa kerajaan Galuh yang ibu kotanya Rajagaluh
menempatkan seorang sebagai pengurus pelabuhan atau syahbandar Ki Gedeng
Tapa. Pelabuhan Muara Jati banyak di singgahi kapal-kapal dagang dari
luar di antaranya kapal Cina yang datang untuk berniaga dengan penduduk
setempat, yang di perdagangkannya adalah garam, hasil pertanian dan
terasi.
Kemudian Ki Gendeng Alang-alang mendirikan sebuah pemukiman di
lemahwungkuk yang letaknya kurang lebih 5 km, ke arah Selatan dari Muara
Jati. Karena banyak saudagar dan pedangan asing juga dari
daerah-daerah lain yang bermukim dan menetap maka daerah itu di namakan
Caruban yang berarti campuran kemudian berganti Cerbon kemudian menjadi
Cirebon hingga sekarang.
Raja Pajajaran Prabu Siliwanggi mengangkat Ki Gede Alang-alang
sebagai kepala pemukiman baru ini dengan gelar Kuwu Cerbon. Daerahnya
yang ada di bawah pengawasan Kuwu itu dibatasi oleh Kali Cipamali di
sebelah Timur, Cigugur (Kuningan) di sebelah Selatan, pengunungan
Kromong di sebelah Barat dan Junti (Indramayu) di sebelah Utara.
Setelah Ki Gedeng Alang-alang wafat kemudian digantikan oleh
menantunya yang bernama Walangsungsang putra Prabu Siliwanggi dari
Pajajaran. Walangsungsang ditunjuk dan diangkat sebagai Adipati Carbon
dengan gelar Cakrabumi. Kewajibannya adalah membawa upeti kepada Raja di
ibukota Rajagaluh yang berbentuk hasil bumi, akan tetapi setelah merasa
kuat meniadakan pengiriman upeti, akibatnya Raja mengirim bala tentara,
tetapi Cakrabumi berhasil mempertahankannya.
Kemudian Cakrabumi memproklamasikan kemerdekaannya dan mendirikan
kerajaan Cirebon dengan mamakai gelar Cakrabuana. Karena Cakrabuana
telah memeluk agama Islam dan pemerintahannya telah menandai mulainya
kerajaan kerajaan Islam Cirebon, tetapi masih tetap ada hubungan dengan
kerajaan Hindu Pajajaran.
Semenjak itu pelabuhan kecil Muara Jati menjadi besar, karena
bertambahnya lalu lintas dari dan ke arah pedalaman, menjual hasil
setempat sejauh daerah pedalaman Asia Tengara. Dari sinilah awal
berangkat nama Cirebon hingga menjadi kota besar sampai sekarang ini.
Pangeran Cakra Buana kemudian membangun Keraton Pakungwati sekitar
Tahun 1430 M, yang letaknya sekarang di dalam Komplek Keraton Kasepuhan
Cirebon.
Posted in: Sejarah | 0 Comments | Email This
SEJARAH KUNINGAN
Ada beberapa kemungkinan tentang asal-usulnya Kuningan dijadikan nama daerah ini. Salah satu kemungkinan adalah bahwa istilah tersebut berasal dari nama sejenis logam, yaitu kuningan. Dalam bahasa Sunda (juga bahasa Indonesia), kuningan
adalah sejenis logam yang terbuat dari bahan campuran berupa timah,
perak dan perunggu. Jika disepuh (dibersihkan dan diberi warna indah)
logam kuningan itu akan berwarna kuning mengkilap seperti emas sehingga
benda dibuat dari bahan ini akan tampak bagus dan indah. Memang logam
kuningan bisa dijadikan bahan untuk membuat aneka barang keperluan hidup
manusia seperti patung, bokor, kerangka lampu maupun hiasan dinding.
Di Sangkanherang, dekat Jalaksana sebelum tahun 1914 ditemukan beberapa patung kecil terbuat dari kuningan. Paling tidak sampai tahun 1950-an barang-barang yang terbuat dari bahan logam kuningan itu sangat disukai oleh masyarakat elit (menak) di daerah Kuningan. Barang-barang yang dimaksud berbentuk alat perkakas rumah tangga dan barang hiasan di dalam rumah. Benda-benda dari bahan kuningan itu juga disukai pula oleh sejumlah masyarakat Sunda, Jawa, Melayu, dan beberapa kelompok masyarakat di Nusantara umumnya.
Di daerah Ciamis dan Kuningan
sendiri terdapat cerita legenda yang bertalian dengan bokor (tempat
menyimpan sesuatu di dalam rumah dan sekaligus sebagai barang perhiasan)
yang terbuat dari logam kuningan[. Kedua cerita legenda dimaksud menuturkan tentang sebuah bokor kuningan yang dijadikan alat untuk menguji tingkat keilmuan seorang tokoh agama.
Di Ciamis - dalam cerita Ciung Wanara - bokor itu digunakan untuk menguji seorang pendeta Galuh (masa pra-Islam)
bernama Ajar Sukaresi yang bertapa di Gunung Padang. Pendeta ini
diminta oleh Raja Galuh yang ibukota kerajaannya berkedudukan di Bojong
Galuh (desa Karangkamulya) sekarang yang terletak sekitar 12 km sebelah
timur kota Ciamis,
untuk menaksir perut istrinya yang buncit, apakah sedang hamil atau
tidak. Kesalahan menaksir akan berakibat pendeta itu kehilangan
nyawanya. Sesungguhnya buncitnya perut putri tersebut merupakan
akal-akalan Sang Raja, dengan memasangkanbokor kuningan pada perut sang
putri yang kemudian ditutupi dengan kain sehingga tampak seperti sedang
hamil. Perbuatan tersebut dilakukan semata-mata untuk mengelabui dan
mencelakakan Sang Pendeta saja.
Pendeta Ajar Sukaresi yang sudah mengetahui akal busuk Sang Raja
tetap tenang dalam menebak teka-teki yang diberikan oleh Sang Raja, Sang
Pendeta pun berkata bahwa memang perut Sang Putri tersebut sedang
hamil. Sang Raja pun merasa gembira mendengar jawaban dari Pendeta
tersebut,karena beliau berpikir akal busuknya untuk mengelabui Sang
Pendeta berhasil. Sang Raja dengan besar kepala berkatabahwa tebakan
Sang Pendeta salah, dan kemudian memerintahkan kepada prajuritnya agar
pendeta tersebut dibawa ke penjara dan segera Sang Raja mengeluarkan
perintah agar pendeta tersebut di hukum mati.
Teryata tak berapa lama kemudian diketahui bahwa Sang Puteri tersebut
benar-benar hamil. Muka Raja tersebut merah padam,hal ini tak mungkin
terjadi pikirnya. Dengan gelap mata Sang Raja tersebut marah dan
menendang bokor kuningan, kuali dan penjara besi yang berada di
dekatnya. Bokor, kuali dan penjara besi itu jatuh di tempat yang
berbeda. Daerah tempat jatuhnya bokor kuningan, kemudian diberi nama Kuningan
yang terus berlaku sampai sekarang. Daerah tempat jatuhnya kuali
(bahasa Sunda: kawali) dinamai Kawali (sekarang kota kecamatan yang
termasuk ke dalam daerah Kabupaten Ciamis dan terletak antara Kuningan dan Ciamis,
sekitar 65 km sebelah selatan kota Kuningan), dan daerah tempat
jatuhnya penjara besi dinamai Kandangwesi (kandangwesi merupakan
kosakata bahasa Sunda yang artinya penjara besi) terletak di daerah Garut Selatan.
Dalam Babad Cirebon dan tradisi Lisan Legenda Kuningan bokor kuningan itu digunakan untuk menguji tokoh ulama Islam
(wali) bernama Sunan Gunung Jati. Jalan ceritanya kurang lebih sama
dengan cerita Ciung Wanara, hanya di dalamnya terdapat beberapa hal yang
berbeda. Perbedaan yang dimaksud terletak pada waktu dan tempat
terjadinya peristiwa, tujuan dan akibat pengujian itu, dan tidak ada
peristiwa penendangan bokor. Jika cerita Ciung Wanara menuturkan
gambaran zaman kerajaan Galuh yang sepenuhnya bersifat kehinduan atau
masa pra-Islam, maka Babad Cirebon dan tradisi lisan Legenda Kuningan mengisahkan tuturan pada zaman peralihan dari masa Hindu menuju masa Islam atau pada masa proses Islamisasi. Dengan demikian, isi cerita Ciung Wanara lebih tua daripada isi Babad Cirebon atau tradisi lisan Legenda Kuningan. Cerita Ciung Wanara mengungkapakan tempat peristiwanya di Bojong Galuh, sedangkan Babad Cirebon dan tradisi lisan Legenda Kuningan mengemukakan bahwa peristiwanya terjadi di Luragung (kota kecamatan yang terletak 19 km sebelah timur Kuningan).
Tidak seperti dalam cerita Ciung Wanara, penaksiran kehamilan Puteri
dilatarbelakangi oleh tujuan mencelakakan pendeta Ajar Sukaresi dan
berakibat pendeta tersebut dihukum mati, dalam Babad Cirebon dan tradisi lisan Legenda Kuningan
penaksiran kehamilan tersebut dimaksudkan untuk menguji keluhuran ilmu
Sunan Gunung Jati semata-mata dan berdampak mempertinggi kedudukan
keulamaan wali tersebut. Anak yang dilahirkannya adalah seorang bayi
laki-laki yang kemudian dipelihara dan dibesarkan oleh Ki Gedeng
Luragung, penguasa daerah Luragung. Selajutnya Sunan Gunung Jati menjadi
Sultan di Cirebon. Setelah dewasa bayi itu diangkat oleh Sunan Gunung Jati menjadi pemimpin atau kepala daerah Kuningan dengan nama Sang Adipati Kuningan.
Jadi, dari nama jenis logam bahan pembuatan bokor itulah daerah ini dinamakan daerah Kuningan. Itulah sebabnya, bokor kuningan dijadikan sebagai salah satu lambang daerah Kabupaten Kuningan. Lambang lain daerah ini adalah kuda yang berasal dari kuda samberani milik Dipati Ewangga, seorang Panglima perang Kuningan.
Menurut tradisi lisan Lagenda Kuningan yang lain, sebelum bernama Kuningan nama daerah ini adalah Kajene. Kajene katanya mengandung arti warna kuning (jene dalam bahasa Jawa berarti kuning). Secara umum warna kuning melambangkan keagungan dalam masyarakat Nusantara. Berdasarkan bahan bokor kuningan dan warna kuning itulah, kemudian pada masa awal Islamisasi daerah ini dinami Kuningan. Namun keotentikan Kajene sebaga nama pertama daerah ini patut diragukan, karena menurut naskah Carita Parahyangan sumber tertulis yang disusun di daerah Ciamis pada akhir abad ke-16 Masehi, Kuningan
sebagai nama daerah (kerajaan) telah dikenal sejak awal kerajaan Galuh,
yakni sejak akhir abad ke-7 atau awal abad ke-8 Masehi. Sementara itu,
wilayah kerajaan Kuningan terletak di daerah Kabupaten Kuningan sekarang.
Adalagi menurut cerita mitologi daerah setempat yang mengemukakan bahwa nama daerah Kuningan
itu diambil dari ungkapan dangiang kuning, yaitu nama ilmu
kegaiban(ajian) yang bertalian dengan kebenaran hakiki. Ilmu ini
dimiliki oleh Demunawan, salah seorang yang pernah menjadi penguasa
(raja) di daerah ini pada masa awal kerajaan Galuh.
Dalam tradisi agama Hindu terdapat sistem kalender yang enggambarkan siklus waktu upacara keagamaan seperti yang masih dipakai oleh umat Hindu-Bali sekarang. Kuningan
menjadi nama waktu (wuku) ke 12 dari sistem kalender tersebut. Pada
periode wuku Kuningan selalu daiadakan upacara keagamaan sebagai hari
raya. Mungkinkah, nama wuku Kuningan mengilhami atau mendorong pemberian
nama bagi daerah ini?
Yang jelas, menurut Carita Parahyangan dan Fragmen Carita
Parahyangan, dua naskah yang ditulis sezaman pada daun lontar beraksara
dan berbahasa Sunda Kuna, pada abad ke-8 Masehi, Kuningan sudah disebut sebagai nama kerajaan yang terletak tidak jauh dari kerajaan Galuh (Ciamis sekarang) dan kerajaan Galunggung (Tasikmalaya sekarang). Lokasi kerajaan tersebut terletak di daerah yang sekarang menjadi Kabupaten Kuningan.
Posted in: Sejarah | 0 Comments | Email This
> Pedukuhan Cimanuk ada dalam wilayah kerajaan sunda (Pajajaran) .
Posted in: Sejarah | 0 Comments | Email This
Keraton Kanoman
Keraton Kanoman adalah Kesultanan Cirebon, setelah berdiri Keraton Kanoman pada tahun 1678 M Kesultanan Cirebon terdiri dari Keraton Kasepuhan dan keraton Kanoman yang merupakan pemimpin dan wakilnya. Kebesaran Islam di Jawa Barat tidak lepas dari Cirebon. Sunan Gunung Jati adalah orang yang bertanggung jawab menyebarkan agama Islam di Jawa Barat, sehingga berbicara tentang Cirebon tidak akan lepas dari sosok Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati.
Keraton Kanoman didirikan oleh Pangeran Mohamad Badridin atau Pangeran Kertawijaya, yang bergelar Sultan Anom I pada sekitar tahun 1678 M. Keraton Kanoman masih taat memegang adat-istiadat dan pepakem, di antaranya melaksanakan tradisi Grebeg Syawal,seminggu setelah Idul Fitri dan berziarah ke makam leluhur, Sunan Gunung Jati di Desa Astana, Cirebon Utara. Peninggalan-peninggalan bersejarah di Keraton Kanoman erat kaitannya dengan syiar agama Islam yang giat dilakukan Sunan Gunung Jati, yang juga dikenal dengan Syarif Hidayatullah.
Kompleks Keraton Kanoman yang mempunyai luas sekitar 6 hektare ini berlokasi di belakang pasar Di Kraton ini tinggal sultan ke dua belas yang bernama Raja Muhammad Emiruddin berserta keluarga. Kraton Kanoman merupakan komplek yang luas, yang terdiri dari bangunan kuno. salah satunya saung yang bernama bangsal witana yang merupakan cikal bakal Kraton yang luasnya hampir lima kali lapangan sepak bola.
Di keraton ini masih terdapat barang barang, seperti dua kereta bernama Paksi Naga Liman dan Jempana yang masih terawat baik dan tersimpan di museum. Bentuknya burak, yakni hewan yang dikendarai Nabi Muhammad ketika ia Isra Mi'raj. Tidak jauh dari kereta, terdapat bangsal Jinem, atau Pendopo untuk Menerima tamu, penobatan sultan dan pemberian restu sebuah acara seperti Maulid Nabi. Dan di bagian tengah Kraton terdapat kompleks bangunan bangunan bernama Siti Hinggil.
Hal yang menarik dari Keraton di Cirebon adalah adanya piring-piring porselen asli Tiongkok yang menjadi penghias dinding semua keraton di Cirebon. Tak cuma di keraton, piring-piring keramik itu bertebaran hampir di seluruh situs bersejarah di Cirebon. Dan yang tidak kalah penting dari Keraton di Cirebon adalah keraton selalu menghadap ke utara. Dan di halamannya ada patung macan sebagai lambang Prabu Siliwangi. Di depan keraton selalu ada alun alun untuk rakyat berkumpul dan pasar sebagai pusat perekonomian, di sebelah timur keraton selalu ada masjid.
Silsilah
- Sultan Kanoman I (Sultan Badridin)
- Sultan Kanoman II ( Sultan Muhammad Chadirudin)
- Sultan Kanoman III (Sultan Muhammad Alimudin)
- Sultan Kanoman IV (Sultan Muhammad Chaeruddin)
- Sultan Kanoman V (Sultan Muhammad Imammudin)
- Sultan Kanoman VI (Sultan Muhammad Kamaroedin I)
- Sultan Kanoman VII (Sultan Muhamamad Kamaroedin )
- Sultan Kanoman VIII (Sultan Muhamamad Dulkarnaen)
- Sultan Kanoman IX (Sultan Muhamamad Nurbuat)
- Sultan Kanoman X (Sultan Muhamamad Nurus)
- Sultan Kanoman XI (Sultan Muhamamad Jalalludin)
- Sultan Kanoman XII (Sultan Muhamamad Emiruddin)
Posted in: Wisata | 0 Comments | Email This
PULAU BIAWAK
Kepulauan Biawak adalah sebuah pulau yang terletak di Laut Jawa di Kabupaten Indramayu Jawa Barat. Pulau Biawak terletak di sebelah utara semenanjung Inrdamayu sekitar 40 kilometer dari pantai utara Indramayu, dan secara administratif termasuk ke dalam wilayah kecamatan Indramayu, Kabupaten Indramayuepulauan Biawak, terdiri atas tiga buah pulau, yaitu:
- Pulau Biawak
- Pulau Candikian
- Pulau Gosong
Pariwisata
Pulau biayawak adalah salah satu tempat pariwisata yang menarik untuk dikunjungi. Daratan seluas 120 hektare ini juga kaya dengan tanaman bakau yang hijau dan rapat dipandang dari ketinggian. Nama kepulauan ini diambil dari banyaknya satwa biawak yang hidup di kepulauan ini.Kepulauan ini dapat ditempuh sekitar 3 sampai dengan 4 jam menggunakan perahu motor dari pelabuhan Karangsong, Indramayu, Indramayu. Pulau ini terkenal sebagai objek wisata bahari dengan taman laut dan ikan hias yang indah serta terumbu karang yang asri.
Pulau Biawak
Sesungguhnya nama pulau tersebut adalah Pulau Rakit, tetapi oleh Pemkab Indramayu dinamakan Pulau Biawak karena di pulau ini banyak dijumpai satwa liar yang justru menjadi ciri khasnya, yakni biawak (Varanus salvator). Satwa ini tergolong unik karena hidup di habitat air asin. Setiap menjelang matahari terbenam, puluhan biawak dengan panjang antara 20 centimeter hingga 1,5 meter terlihat berenang di tepian pantai. Satwa-satwa itu memang tengah berburu ikan untuk kebutuhan makannya.Selain disebut sebagai pulau Biawak, pulau ini juga disebut sebagai Pulau Menyawak dan Pulau Bompyis.
Pulau itu memiliki pesona wisata yang unik, karena karangnya yang masih 'perawan ' dan hidup. Di antara keempat pulau itu, hanya Pulau Biawak yang masih utuh dalam segalanya. Sedangkan tiga pulau lainnya hanya berupa hamparan pulau karang semata. Pulau Gosong, misalnya, kondisinya rusak karena jutaan meter kubik material karangnya diambil untuk pengurukan lokasi kilang minyak Pertamina Unit Pengolahan VI Balongan.
Keberadaan pulau ini sangat berbahaya bagi alur pelayaran kapal-kapal laut yang melintas di kepulauan tersebut. Maka tak heran, bangsa Belanda semasa menjajah kepulauan Indonesia, mendirikan bangunan menara mercusuar. Mercusuar dengan ketinggian sekitar 65 meter itu dibangun oleh ZM Willem pada 1872. Hingga kini, bangunan itu masih berfungsi untuk memandu kapal-kapal besar maupun kecil yang melintas. Melihat usia bangunan tersebut, mercusuar itu diperkirakan seumur dengan mercusuar di Pantai Anyer.
Pulau Gosong dan Candikian
Selain Pulau Biawak, kawasan ini juga menawarkan kecantikan Pulau Gosong dan Pulau Candikian. Pulau Gosong berjarak tempuh sekitar setengah jam dari Pulau Biawak. Pulau Candikian juga berjarak 30 menit dari Pulau Biawak. Berbeda dengan Pulau Biawak, kedua pulau ini tak berpenghuni. Bahkan, Pulau Gosong yang sebenarnya lebih luas dari Pulau Biawak hanya tersisa beberapa meter persegi. Pulau itu sering digunakan untuk bertapa dengan tujuan mencari kekayaan dan sejenisnya. Pulau ini "hilang" akibat pengerukan untuk pembangunan Pertamina Unit Pengolahan VI Balongan Exor I sekitar tahun 1980-an.Melihat potensi alamnya, kawasan ini bisa memuaskan para pemburu kenikmatan wisata. Pulau cantik itu saat ini benar-benar masih perawan. Untuk perjalanan sekitar empat jam dari Indramayu ke lokasi itu, misalnya, belum tersedia perahu khusus. Kalaupun menyewa, pengunjung harus merogoh kocek sekitar Rp 750.000 untuk perahu nelayan berkapasitas sekitar sepuluh orang. Selain itu, juga belum ada dermaga yang memudahkan pengunjung mencapai bibir pantai saat air pasang. Selain itu, juga belum ada rumah-rumah peristirahatan yang bisa disewa wisatawan.
Posted in: Wisata | 0 Comments | Email This